1. The Raid
Dunia perfilman Indonesia yang baru saja menghebohkan dunia
lewat film the Raid, penayangan perdana di hollywood mendapat sambutan luar
biasa dari insan perfilman, bahkan tidak hanya di amerika film tersebut
mendapat apresiasi tinggi, di Kanada,Australia yang juga menjadi negara tempat
penayangan perdana secara serempak selalu disesaki penonton.
Sebelum beredar di bioskop, ‘the
Raid’ yang diproduksi tahun 2011 telah mendulang beragam penghargaan bergengsi
di kancah perfilman internasional, seperti Cadillacs People’s Choice
Award,di Toronto international film festival 2011, dan the Best Film sekaligus
Audience Award di Jameson Dublin International Film Festival 2012. ‘The Raid’
juga ikut serta dalam festival film Sundance 2012, dan menjadi salah satu karya
yang paling disukai panitia Sundance.
2. Pintu Terlarang
Gebrakan pada dunia film
internasional dilakukan film Indonesia lainnya yakni, pintu terlarang.
Sebenarnya film bergenre horor yang dibintangi aktor Fachri Albar ini kurang
mendapat apresiasi di Indonesia. Namun film yang dirilis pada tahun 2009
tersebut cukup menerima penghargaan di internasional.
Bahkan ‘Pintu Terlarang’ terpilih
dan diputar pada ajang Intenational Film Festival Rotterdam ke 38 pada 21
Januari hingga 1 februari 2009 silam, dan penghargaan cukup membanggakan diraih
di Fantastic Film Festival. Dalam festival yang digelar di Korea Selatan 16
hingga 26 Juli tersebut, ‘Pintu Terlarang’ mendapat penghargaan Best of Puchon
atau salah satu kategori film terbaik.
Selain Fachri Albar, film ini
melibatkan artis ternama lainnya seperti Marsha Timothy, Ario Bayu, Tio
Pakusadewo, dan Henidar Amroe, cerita film ini diadapasi dari novel berjudul
sama, karya Sekar Ayu Asmara.
3. Daun Di atas Bantal
Film yang kurang diminati di negeri sendiri tapi mendapat
apresiasi tinggi di luar negeri juga diterima film daun di atas bantal. Film
karya sutradara Garin Nugroho yang diproduksi tahun 1998 ini sempat terhenti
pembuatannya akibat krisis ekonomi yang melanda indonesia pada 1987 silam.
Film yang di produksi oleh Christine
Hakim tersebut akhirnya diselesaikan di Australia. Film yang mengisahkan
seorang ibu dengan tiga anak jalanan itu selesai berkat adanya bantuan dari
pihak ketiga, seperti Hubert Bals Fund, NHK, dan lainnya.
Walaupun penggarapannya sempat
terhenti, namun film tersebut dianggap memiliki kualitas sebagai film festival
secara penggarapan. Terbukti dengan beberapa penghargaan intenasional yang
diraih daun di atas bantal.
Pada ajang asia Pacific Film
Festival pada tahun 1998, ‘Daun di Atas Bantal’ dinobatkan sebagai film
terbaik,dan Christine Hakim sebagai aktris terbaik. Menjadi unggulan dalam
kategori Silver Screen Award Best Asian Feature film pada Singapore
International Film Festival pada 1999. Sementara sutradara Garin Nugroho
memperoleh Special Jury Prize pada Tokyo International Film festival 1998.
4. Laskar Pelangi
Film Indonesia lainnya yang mendapat banyak penghargaan
internasional yakni Laskar Pelangi. Film yang diadopsi dari novel laris karya
Andrea Hirata dengan judul yang sama juga menjadi salah satu film yang diputar
pada festival film international fukuoka 2009 di Jepang.
film yang disutradarai Riri Riza itu
juga diputar di barcelona asian film festival 2009 di spanyol,singapore
international film festival 2009, 11th Udine Far East Film Festival di Italia,
dan Los Angeles Asia Pacific Film Festival 2009 di Amerika Serikat.
Bahkan studio film di negara
seperti, Namibia, Spanyol, Italia, Hongkong, Singapura, Jerman, Amerika,
Australia, dan Portugal beramai-ramai menayangkan film tentang mimpi 10 anak di
desa terpencil dalam mengenyam pendidikan tersebut.
Setelah rilis pada tahun 2008,
‘Laskar Pelangi’ meraih penghargaan the Golden Butterfly Award untuk kategori
film terbaik di International Festival of Film for Children dan Young Adults di
Hamedan, Iran. Menjadi nominasi film terbaik di Berlin International Film
Festival 2009, serta editor terbaik asian film 2009 di Hongkong.
5. Pasir Berbisik
Film Indonesia lainnya yang
berhasil mencuri perhatian dunia yakni, ‘Pasir Berbisik’. Film yang
disutradarai Nan Achnas ini mengambil latar keindangan Gunung Bromo. Selain
ketajaman ide cerita, pesona keindahan alam Gunung Bromo membuat film ini
memiliki daya tarik luar biasa.
Belum lagi akting dari aktris senior
Christine Hakim dengan aktris
muda kala itu, Dian Sastro Wardoyo, dinilai pengamat film di tanah air, membuat
‘Pasir Berbisik’ terasa lebih hidup dan enak dinikmati. Totalitas artis papan
atas lainnya seperti, Didi Petet, Dik Doang, Slamet Raharjo, Mang Udel, dan
Dessy Fitri memperlihatkan film Indonesia juga memiliki kelas tersendiri.
Setelah cukup mendapat perhatian
dari insan film di tanah air, ‘Pasir Berbisik’ mampu meraih penghargaan
internasional, seperti Best Cinematography Award, Best Sound Award, dan Jury’s
Special Award for Most Promising Director untuk Festival Film Asia Pacifik
2001, artis wanita terbaik, Festival Film Asiatique Deauville 2002. Artis
wanita terbaik pada Festival Film Antarbangsa Singapura ke-15.
0 komentar:
Posting Komentar